ARTIS KORES

Tuesday, May 15, 2012

Na'i : Penyakit Aneh di NTT


Bila anda pernah ke Sumba, atau daerah-daerah lain di Nusa Tenggara Timur, mungkin anda pernah mendengar, melihat, atau mengalami sendiri kejadian seseorang menderita sakit perut yang hebat, yang rasanya melilit-lilit, perut serasa diaduk-aduk, hingga dapat membuat penderitanya meraung-raung, bahkan menangis dan meronta-ronta seperti orang kesurupan. Dibawa ke dokter dan diberi obat tidak mengurangi rasa sakit ini, bahkan terkadang sakitnya semakin hebat. Sakit penderita baru mereda hanya setelah pusar di perut penderita disembur dengan campuran sirih pinang dan ludah oleh seseorang yang dipanggil secara khusus untuk mengobati penderita. Inilah fenomena yang oleh orang NTT dikenal sebagai “Kena Na’i” dan proses penyembuhan dengan ludah sirihnya dikenal dengan istilah “Puppe”.
Dari pengalaman pribadi dan informasi yang saya dapat dari orang-orang dekat yang sering berhubungan dengan fenomena ini, Na’i biasanya terdapat di daerah-daerah dimana di daerah tersebut ada komunitas suku Sabu (Sabu adalah sebuah pulau kecil di NTT yang terletak antara Pulau Sumba dan Rote). Saya sendiri belum pernah mendengar kalau Na’i juga dimiliki oleh suku-suku lain di NTT.
Berikut ini saya akan mencoba memberi sedikit pencerahan kepada teman-teman khususnya yang berasal dari luar daerah NTT mengenai fenomena Na’i ini.
Dari penjelasan seorang pria teman dekat ayah saya yang sering dimintai tolong untuk mengobati penderita, Na’i sebenarnya adalah sejenis ilmu klenik dari suku Sabu yang diwariskan secara turun temurun dalam keluarga mereka. Ilmu ini bertujuan melindungi diri dan keluarga mereka beserta propertinya (buah-buahan dan sayuran di kebun, bangunan rumah, dll) terhadap ancaman dari luar. Teman-teman dari Jawa mungkin akan menganggap ilmu ini sebagai ilmu “Santet”, namun dari pemahaman pribadi saya, Santet berbeda dengan Na’i. Na’i tidak dapat “diarahkan” dengan sengaja untuk menyerang seseorang. Ia hanya akan menyerang seseorang yang membuat pemilik ilmu Na’i ini merasa terancam. Pemahaman ini saya dapat dari analisis pengalaman pribadi saya yang pernah terkena Na’i di masa kecil. Saat itu saya memiliki kebiasaan konyol membuntuti orang hanya untuk menjejakkan telapak kaki saya ke jejak telapak kaki orang yang saya buntuti. Beberapa hari kemudian saya terkena dan baru sembuh setelah di-puppe oleh seorang tante yang dikenal oleh orang tua saya memiliki ilmu ini. Namun banyak juga yang meragukan hal ini, karena sering ada kejadian dimana seseorang terkena Na’i meskipun dirinya (menurut penilaian dirinya dan orang-orang dekatnya) tidak menimbulkan ancaman bagi masyarakat sekelilingnya (berperilaku berandalan, suka mencuri, atau sejenisnya).
Teman dekat ayah saya menceritakan pengalamannya mengapa sampai ia harus berguru ke seseorang hingga memperoleh ilmu Na’i ini. Menurutnya awal dari dirinya sampai berilmu Na’i disebabkan dirinya dan keluarganya (istri dan anak-anaknya) begitu seringnya terkena serangan Na’i yang membuatnya sangat kesal dan menderita, padahal ia tidak pernah menyusahkan atau mengancam orang lain. Ia berangkat ke sebuah daerah pelosok Sumba Timur menemui seseorang yang oleh kalangan masyarakat klenik terkenal sebagai sepuh untuk ilmu Na’i ini. Di sana ia diterima dengan baik dan diberi ilmu ini setelah sang sepuh mendengarkan alasan dirinya ingin berilmu Na’i. Namun ia telah diwanti-wanti oleh sang sepuh bahwa setelah memiliki ilmu ini ia wajib menolong orang lain yang terkena serangan Na’i. Ia juga diwanti-wanti beratnya penderitaan di awal-awal memiliki ilmu Na’i ini. Seluruh anggota keluarganya harus menderita serangan Na’i setiap hari selama lebih dari seminggu, dan setiap hari itu, ia harus melakukan puppe pada mereka satu persatu. Namun setelah penderitaan awal itu lewat, dirinya dan keluarganya aman dari serangan Na’i. Bahkan sejak pria ini dekat dekat keluarga kami, kami sekeluargapun tidak pernah terkena Na’i.
Na’i ada beberapa jenis, namun yang paling sering saya dengar adalah Na’i Ular dan Na’i Buaya. Tidak jelas mana yang lebih berbahaya, di masa kecil saya ingat pernah diberitahu bahwa Nai’ Buayalah yang paling berbahaya, kabarnya kalau dalam tempo tiga jam tidak di-puppe akan berakibat kematian. Namun berlakangan oleh teman ayah saya, saya diberitahu kalau yang tiga jam tidak di-puppe dapat berakibat fatal itu adalah Na’i Ular.
Gejala yang paling sering nampak adalah sakit perut melilit, namun sering juga berupa gejala lain seperti muntah-muntah, atau berak (mencret) terus menerus, seperti gejala disentri. Malah sering saya dengar ada yang keluhannya berupa sakit tulang disertai pembengkakan terutama di daerah persendian mirip penyakit rematik, yang biasa disebut dengan Na’i Tulang.
Na’i hanya bisa disembuhkan dengan puppe oleh pemilik ilmu Na’i tersebut, atau masih dalam lingkungan keluarga pemilik ilmu Na’i tersebut. Sering ada kejadian penderita tidak langsung sembuh setelah di-puppe, karena Na’i penderita ternyata bukan berasal dari orang yang melakukan puppe.
Saya tidak yakin ada dokter di Sumba yang percaya dengan hal-hal yang berbau klenik seperti ini, karena menurut saya, tidak mungkin seorang dokter mau ditertawakan karena percaya dengan hal-hal yang tidak ilmiah, meskipun saya sendiri sering mendengar cerita ada dokter-dokter tertentu yang percaya dengan hal ini dan menyarankan puppe untuk penyembuhan.
Demikian tulisan ini saya buat dengan tujuan hanya untuk memberikan sedikit pencerahan kepada teman-teman yang belum mengetahui tentang fenomena ini. Saya berharap teman-teman dari luar NTT jangan sampai takut untuk datang ke NTT, karena saya yakin, selama sikap kita kepada sesama adalah wajar dan tulus, Tuhan tidak akan membiarkan kita dicelakai orang. Saya pribadi bukan orang yang mudah percaya dengan hal-hal klenik, namun saya juga tidak mau menutup diri dari berbagai kemungkinan. Menurut pemahaman saya, adalah mungkin bahwa Tuhan membuka berbagai jalan kemungkinan penyelesaian terhadap berbagai masalah untuk mendekatkan kita dengan sesama.
Kepada teman-teman dan saudara-saudari yang memiliki pemahaman lebih baik mengenai Na’i ini mohon bisa mengoreksi atau menambahkan agar dapat menambah wawasan kita dalam kehidupan bermasyarakat. Salam…

0 comments:

Post a Comment