Studi Analisis Sebab-Sebab Kemenangan Umat Islam dalam
Perang Badar dan Perang Hunain
Dalam sejarah perjalanan agama ini, peperangan menjadi sesuatu yang tidak
dipisahkan dalam memperjuangkan dan membela hak-hak kehormatan islam dan
umatnya. Apa yang dahulu dijaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
terjadi hendaknya dapat dijadikan ibrah untuk kita dalam mengambil sikap pada
kondisi saat ini. Dalam kesempatan ini saya akan membahas secara singkat sebuah
tema yang cukup menarik yakni, studi analisis sebab-sebab kemenangan umat islam
dalam perang badar dan perang hunain. Namun sebelumnya saya akan menggambarkan
secara singkat peristiwa perang badar dan perang hunain. Semoga apa yang
disampaikan pada kesempatan ini bisa bermanfaat bagi kita semua, Insya Allah.
Perang Badar
Qubra
Perang badar Qubra adalah suatu bukti yang dengan peristiwa ini Allah Subhanahu wa Ta'ala memulyakan agama islam. menegakkan panjinya, menghapus kemusyirikan dan membongkar akar-akarnya. Adapun sebab-sebabnya ialah suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam keluar bersama para sahabatnya untuk menyerang kafilah dagang orang-orang quraisy yang kembali dari negeri syam yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Jumlah Sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang ikut dalam peperangan ini ialah berjumlah 313 orang (riwayat lain menyebutkan 314 atau 317), 82 orang (riwayat yang lain menyebutkan 83 atau 86) diantaranya dari kalangan muhajirin dan 61 orang dari suku aus serta 170 orang dari suku khazraj.
Perang badar Qubra adalah suatu bukti yang dengan peristiwa ini Allah Subhanahu wa Ta'ala memulyakan agama islam. menegakkan panjinya, menghapus kemusyirikan dan membongkar akar-akarnya. Adapun sebab-sebabnya ialah suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam keluar bersama para sahabatnya untuk menyerang kafilah dagang orang-orang quraisy yang kembali dari negeri syam yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Jumlah Sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang ikut dalam peperangan ini ialah berjumlah 313 orang (riwayat lain menyebutkan 314 atau 317), 82 orang (riwayat yang lain menyebutkan 83 atau 86) diantaranya dari kalangan muhajirin dan 61 orang dari suku aus serta 170 orang dari suku khazraj.
Ketika Abu Sufyan bin Harb mendengar bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam berangkat dengan beberapa sahabatnya untuk menyerbu kafilah quraisy yang
datang dari syam, ia mengirim seorang utusan kepada orang-orang quraisy di
makkah untuk memberitahukan perihal rencana penyerbuan yang hendak dilakukan
oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beserta para sahabatnya kepada
kafilah Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Ketika orang Quraisy
mengetahui berita tersebut, lalu dikirimlah sekitar seribu orang Quraisy untuk
menjaga kafilah dan barang-barang dagangan mereka.
Namun Abu Syfyan Bin Harb beserta rombongannya melewati pesisir pantai menuju kota makkah sehingga selamat dari penyerbuan kaum muslimin, maka abu Sufyan bin Harb-pun mengutus seseorang untuk memberitahukan kepada pihak kafir quraisy yang telah berangkat ke badar untuk menghadang penyerbuan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam agar kembali ke makkah karena Abu Sufyan dan rombongannya telah selamat. Pada saat itu pasukan kafir quraisy ingin kembali ke makkah namun dihalangi oleh Abu Jahal, maka pasukan kafir Quraisy pun melanjutkan perjalanan mereka ke badar untuk berperang melawan pasukan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya menyerbu mereka sehingga terjadilah pertempuran yang dahsyat
Dalam pertempuran tersebut umat Islam diberikan kekuatan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan bantuan balatentara malaikat, hingga pihak Quraisy lari mundur dan mengalami kekalahan yang kemudian dikejar oleh umat islam sambil dibunuh dan menawan pasukan kafir quraisy.
Dalam peperangan badar ini, pihak kafir quraisy yang terbunuh berjumlah 70 orang diantara mereka terdapat abu jahal serta yang ditawan berjumlah 70 orang pula. Sedangkan dari pihak umat islam yang terbunuh hanya berjumlah 14 orang.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kepada para sahabatnya yang lain untuk mengubur para korban baik dari pihak muslimin maupun dari pihak kafir, setelah itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beserta para sahabatnya kembali pulang ke madinah.
Perang Hunain
Kemenangan yang gilang-gemilang yang dicapai umat islam dalam Fathul Makkah, dikhawatirkan akan terus meluas sehingga kabilah tsaqif dan hawazin mengadakan persekutuan dengan kabilah yang lain untuk memerangi kaum muslimin sebelum mereka diserang.
Setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengetahui rencana tersebut, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berangkat bersama 2000 orang penduduk Makkah termasuk orang yang baru masuk islam dan 80 orang yang belum masuk islam (kalangan musyrik), ditambah 10000 tentara islam yang keluar bersama beliau dari madinah
Ditengah perjalanan, ternyata jumlah pasukan kaum muslimin yang banyak tersebut menyebabkan sebagian kaum muslimin menganggap remeh terhadap musuh.
Setibanya kaum muslimin di hunain, musuh yang telah lama menanti dan telah mempersiapkan diri dengan berlingung dicelah-celah lembah hunain, mereka melempari kaum muslimin dengan batu-batu besar dan kecil seperti hujan yang lebat.
Akibat lemparan batu tersebut, kaum myuslimin menjadi kacau balau dan banyak pula yang lari kocar-kacir. Pada saat itu hanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan beberapa sahabat-sahabat yang tetap bertahan, diantaranya ialah: Abu Bakar, Umar, Ali, Abbas dan abu Sufyan bin Harits, yaitu putra paman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam.
Maka 'Abbas memanggil mereka yang lari dan mundur itu dengan suara yang keras: "Hai para sahabat yang telah bersumpah dalam Bai'atur Ridlwan". Dengan seruan itu lalu sahabat anshar menjawab: "Ya, ya, kami maju". Kemudian mereka maju dan bertempur disamping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan rahmat dan pertolonganNya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan kaum muslimin dengan memberi bantuan balatentara yang tidak kelihatan. Kaum muslimin terus maju hingga pertempuran dimenangkan oleh pihak kaum muslimin
Studi Analisis Sebab-Sebab Kemenangan Umat Islam dalam Perang Badar dan Perang Hunain
Setelah kita mengetahui secara singkat peristiwa perang badar kubra dan hunain serta latar belakang yang menyebabkan terjadinya peperangan tersebut, maka dapat diambil sebuah ibrah / pelajaran tentang sebab-sebab kemenangan umaty islam pada pristiwa kedua peperangan tersebut.
1. Keimanan kaum muslimin merupakan faktor terpenting yang menjadi sebab kemenangan kaum muslimin pada perang badar dan perang hunain, pada perang badar hal ini dibuktikan dengan kegigihan kaum muslimin dalam mentaati seruan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meminta pernyataan dari kaum muhajirin dan anshar dalam membela Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
2. banyak atau sedikitnya jumlah bukanlah menjadi tolok ukur peraihan kemenangan dalam sebuah pertempuran, hal ini dibuktikan dalam peperangan badar yang mana jumlah pasukan kaum muslimin sangat sedikit dibandingkan pasukan kaum kafir quraisy, namun dengan jumlah yang sedikit tersebut membuat hati-hati kaum muslimin menjadi tawadhu dan mengharap pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga dengan keimanan dan tekad yang kuat dalam berjihad dijalan Allah, mereka mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang. Berbeda dengan apa yang dialami oleh kaum muslimin pada peperangan Hunain, karena jumlah pasukan kaum muslimin yang banyak tersebut membuat hati-hati para kaum muslimin menjadi sombong dan terlena sehingga dengan kesombongan dan keterlenaan mereka itu, mereka mendapatkan pelajaran yang amat berharga dari musuh dengan dibuat kocar-kacirnya kesatuan mereka.
3. pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa balatentara malaikat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kemenangan kaum muslimin dalam perang badar dan hunain, namun pertolongan Allah ini tidak hanya diberikan begitu saja, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan pertolongannya kepada hamba-hambanya yang memang yakin akan kekuasaan dan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
4. Peran do'a dalam kemenangan kaum muslimin di perang badar merupakan bukti bahwa kemenangan itu hanyalah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, bagaimanapun keadaan kita, memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan.
5. Strategi dalam berperang juga menjadi kunci kemenangan umat islam dalam perang badar, hal ini tergambar dengan apa yang dilakukan oleh sahabat Khubab Ibnul Munjir yang memberikan saran kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang posisi terbaik bagi pasukan kaum muslimin dalam menghadapi peperangan badar.
6. Niat yang lurus untuk mencari keridhoaan Allah dan mencari kesyahidan yang menghujam di setiap dada para pasukan kaum muslimin pada perrang badar juga menjadi sebab kemenangan yang diraih oleh umat islam dalam peperangan ini.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah saya sampaikan pada kesempatan ini, dapat disimpulkan bahwa hendaknya kita bercermin pada sejarah masa lalu, apa yang terjadi pada kondisi umat islam saat ini hendaknya dapat kita renungi bahwa sebuah kenyataan yang terpampang di depan mata umat islam di seluruh belahan dunia kini menjadi bulan-bulanan bangsa kafir, di palestina apa yang terjadi saat ini menjadi cerminan bahwa jumlah kita yang banyak saat ini tidak berarti apa-apa dihadapan musuh-musuh islam. umat islam kini ibarat buih di lautan yang terlihat banyak tapi seketika hilang kembali. Apa yang terjadi pada perang badar dan hunain hendaknya menjadi introspeksi bagi kita semua, meluruskan kembali niat perjuangan dalam menegakkan dienullah ini, memohonkan pertolongan pada Allah, dan membina ummat agar senantiasa mengamalkan agama ini dengan sebenar-benarnya sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Wallahu'alam Bish Shawab.
Namun Abu Syfyan Bin Harb beserta rombongannya melewati pesisir pantai menuju kota makkah sehingga selamat dari penyerbuan kaum muslimin, maka abu Sufyan bin Harb-pun mengutus seseorang untuk memberitahukan kepada pihak kafir quraisy yang telah berangkat ke badar untuk menghadang penyerbuan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam agar kembali ke makkah karena Abu Sufyan dan rombongannya telah selamat. Pada saat itu pasukan kafir quraisy ingin kembali ke makkah namun dihalangi oleh Abu Jahal, maka pasukan kafir Quraisy pun melanjutkan perjalanan mereka ke badar untuk berperang melawan pasukan kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya menyerbu mereka sehingga terjadilah pertempuran yang dahsyat
Dalam pertempuran tersebut umat Islam diberikan kekuatan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan bantuan balatentara malaikat, hingga pihak Quraisy lari mundur dan mengalami kekalahan yang kemudian dikejar oleh umat islam sambil dibunuh dan menawan pasukan kafir quraisy.
Dalam peperangan badar ini, pihak kafir quraisy yang terbunuh berjumlah 70 orang diantara mereka terdapat abu jahal serta yang ditawan berjumlah 70 orang pula. Sedangkan dari pihak umat islam yang terbunuh hanya berjumlah 14 orang.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kepada para sahabatnya yang lain untuk mengubur para korban baik dari pihak muslimin maupun dari pihak kafir, setelah itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam beserta para sahabatnya kembali pulang ke madinah.
Perang Hunain
Kemenangan yang gilang-gemilang yang dicapai umat islam dalam Fathul Makkah, dikhawatirkan akan terus meluas sehingga kabilah tsaqif dan hawazin mengadakan persekutuan dengan kabilah yang lain untuk memerangi kaum muslimin sebelum mereka diserang.
Setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengetahui rencana tersebut, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berangkat bersama 2000 orang penduduk Makkah termasuk orang yang baru masuk islam dan 80 orang yang belum masuk islam (kalangan musyrik), ditambah 10000 tentara islam yang keluar bersama beliau dari madinah
Ditengah perjalanan, ternyata jumlah pasukan kaum muslimin yang banyak tersebut menyebabkan sebagian kaum muslimin menganggap remeh terhadap musuh.
Setibanya kaum muslimin di hunain, musuh yang telah lama menanti dan telah mempersiapkan diri dengan berlingung dicelah-celah lembah hunain, mereka melempari kaum muslimin dengan batu-batu besar dan kecil seperti hujan yang lebat.
Akibat lemparan batu tersebut, kaum myuslimin menjadi kacau balau dan banyak pula yang lari kocar-kacir. Pada saat itu hanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan beberapa sahabat-sahabat yang tetap bertahan, diantaranya ialah: Abu Bakar, Umar, Ali, Abbas dan abu Sufyan bin Harits, yaitu putra paman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa sallam.
Maka 'Abbas memanggil mereka yang lari dan mundur itu dengan suara yang keras: "Hai para sahabat yang telah bersumpah dalam Bai'atur Ridlwan". Dengan seruan itu lalu sahabat anshar menjawab: "Ya, ya, kami maju". Kemudian mereka maju dan bertempur disamping Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan rahmat dan pertolonganNya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan kaum muslimin dengan memberi bantuan balatentara yang tidak kelihatan. Kaum muslimin terus maju hingga pertempuran dimenangkan oleh pihak kaum muslimin
Studi Analisis Sebab-Sebab Kemenangan Umat Islam dalam Perang Badar dan Perang Hunain
Setelah kita mengetahui secara singkat peristiwa perang badar kubra dan hunain serta latar belakang yang menyebabkan terjadinya peperangan tersebut, maka dapat diambil sebuah ibrah / pelajaran tentang sebab-sebab kemenangan umaty islam pada pristiwa kedua peperangan tersebut.
1. Keimanan kaum muslimin merupakan faktor terpenting yang menjadi sebab kemenangan kaum muslimin pada perang badar dan perang hunain, pada perang badar hal ini dibuktikan dengan kegigihan kaum muslimin dalam mentaati seruan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meminta pernyataan dari kaum muhajirin dan anshar dalam membela Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
2. banyak atau sedikitnya jumlah bukanlah menjadi tolok ukur peraihan kemenangan dalam sebuah pertempuran, hal ini dibuktikan dalam peperangan badar yang mana jumlah pasukan kaum muslimin sangat sedikit dibandingkan pasukan kaum kafir quraisy, namun dengan jumlah yang sedikit tersebut membuat hati-hati kaum muslimin menjadi tawadhu dan mengharap pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga dengan keimanan dan tekad yang kuat dalam berjihad dijalan Allah, mereka mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang. Berbeda dengan apa yang dialami oleh kaum muslimin pada peperangan Hunain, karena jumlah pasukan kaum muslimin yang banyak tersebut membuat hati-hati para kaum muslimin menjadi sombong dan terlena sehingga dengan kesombongan dan keterlenaan mereka itu, mereka mendapatkan pelajaran yang amat berharga dari musuh dengan dibuat kocar-kacirnya kesatuan mereka.
3. pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa balatentara malaikat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kemenangan kaum muslimin dalam perang badar dan hunain, namun pertolongan Allah ini tidak hanya diberikan begitu saja, akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan pertolongannya kepada hamba-hambanya yang memang yakin akan kekuasaan dan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
4. Peran do'a dalam kemenangan kaum muslimin di perang badar merupakan bukti bahwa kemenangan itu hanyalah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, bagaimanapun keadaan kita, memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan.
5. Strategi dalam berperang juga menjadi kunci kemenangan umat islam dalam perang badar, hal ini tergambar dengan apa yang dilakukan oleh sahabat Khubab Ibnul Munjir yang memberikan saran kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang posisi terbaik bagi pasukan kaum muslimin dalam menghadapi peperangan badar.
6. Niat yang lurus untuk mencari keridhoaan Allah dan mencari kesyahidan yang menghujam di setiap dada para pasukan kaum muslimin pada perrang badar juga menjadi sebab kemenangan yang diraih oleh umat islam dalam peperangan ini.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah saya sampaikan pada kesempatan ini, dapat disimpulkan bahwa hendaknya kita bercermin pada sejarah masa lalu, apa yang terjadi pada kondisi umat islam saat ini hendaknya dapat kita renungi bahwa sebuah kenyataan yang terpampang di depan mata umat islam di seluruh belahan dunia kini menjadi bulan-bulanan bangsa kafir, di palestina apa yang terjadi saat ini menjadi cerminan bahwa jumlah kita yang banyak saat ini tidak berarti apa-apa dihadapan musuh-musuh islam. umat islam kini ibarat buih di lautan yang terlihat banyak tapi seketika hilang kembali. Apa yang terjadi pada perang badar dan hunain hendaknya menjadi introspeksi bagi kita semua, meluruskan kembali niat perjuangan dalam menegakkan dienullah ini, memohonkan pertolongan pada Allah, dan membina ummat agar senantiasa mengamalkan agama ini dengan sebenar-benarnya sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Wallahu'alam Bish Shawab.
Latar Belakang Perang Badar Kubra
Perang Badar yang meletus antar kaum muslimin dan orang-orang musyrik dipicu oleh beberapa sebab, di antaranya:
1. Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Makkah
Genderang perang terhadap kaum muslimin, sebenarnya sudah ditabuh oleh orang-orang musyrikin sejak Rasulullah Saw. menyampaikan risalah dakwah. Mereka telah melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimian dan merampas harta benda para sahabat nabi di kota Makkah. Perlakukan mereka terhadap orang-orang Muhajirintidak lagi mengenal prikemanusiaan. Mereka rampas rumah dan kekayaan kaum Muhajirin. Orang Islam pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan Allah Swt. Kita dapat melihat sendiri bagaimana orang kafir Quraisy merampas dan menguasai harta benda Shuhaib sebagai imbalannya, Shuhaib diizinkan untuk berhijrah ke Madinah. Kita pun dapat menyaksikan bagaimana mereka menduduki rumah-rumah dan peninggalan kaum muslimin yang ditinggal oleh pemiliknya. Dan kejadian 15 abad yang lalu tak ubahnya seperti yang sedang mereka lakukan di Palestina, Afganistan, Irak dan negara-negara Islam lainnya.
2. Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah
Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam, ternyata tidak hanya ketika mereka berada di Kota Makkah. Di bahwa pimpinan Kurz bin Habbab Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin lainnya untuk menyerang, menteror, dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota Madinah (sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra). Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan dan penindasan mereka terhadap umat Islam selama ini. Mereka begitu sadar, bahwa banyak kepentingan dan hasil perdagangan mereka yang akan berpindah ke tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa kini Islam telah memiliki pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan, menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang berhati durjana tidak menyukainya.
3. Memberi Pelajaran Kepada Quraisy
Oleh karena itu, begitu Rasulullah saw. mendengar bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb dan ‘Amr bin Al-‘Ash bersama 40 orang bergerak dari Syam membawa harta orang-orang Quraisy yang keseluruhannya mencapai seribu ekor unta, maka beliau pun segera mengajak kaum muslimin untuk bergerak mendatanginya. Rasulullah saw. mengatakan, ”Ini adalah perdagangan Quraisy. Maka keluarlah kalian, semoga Allah swt. akan memberikannya kepada kalian.” Mendengar seruan ini, sebagian kaum muslimin menyambutnya sementara yang lainnya merasa sedikit berat dengannya. Mereka menggangap bahwa ketika itu Rasulullah saw. tidak bermaksud mengumandangkan sebuah peperangan. Karena beliau mengatakan, ”Barangsiapa yang saat ini memiliki tunggangan, maka hendaklah ia ikut bersama kami.” Beliau tidak menunggu sahabat yang tunggangannya tidak ada pada saat itu.
Hasil Perang Badar
Perang Badar (dengan seluruh hasil yang ia torehkan bagi sejarah harakah Islamiah maupun sejarah umat manusia seluruhnya) telah menjadi sebuah pelajaran yang sangat jelas sekali bagi harakah Islamiah maupun bagi perjalanan sejarah ke depan. Allah swt. menyebut hari itu dengan nama “yaumul furqan yaum iltaqa al-jam’an” atau hari pembeda, hari dimana dua kekuatan bertemu. Peperangan ini sendiri memberikan beberapa buah hasil penting antara lain:
1. Perang Badar merupakan pembatas di antara dua ikatan dan menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil. Kekuatan umat Islam semakin kuat sehingga dataran Arab pun turut memperhitungkannya. Kebenaran muncul di permukaan dengan rambu-rambu akidah dan prinsip-prinsip dasar yang dibawanya.
2. Tergoncangnya kedudukan Quraisy di mata orang Arab serta kegalauan penduduk Makkah di hadapan tamparan yang tak diduga tersebut.
3. Tampilnya umat Islam sebagai sebuah kekuatan yang memiliki arti dan pengaruh. Hal ini menyebabkan banyak kabilah yang tinggal di sepanjang jalur Makkah dan Syam membuat perjanjian kesepakatan dengan mereka. Dengan demikian kaum muslimin sudah berhasil menguasai jalur tersebut.
4. Sebelum Perang Badar meletus, kaum muslimin mengkhawatirkan keberadaan orang-orang non muslim yang tinggal di kota Madinah. Namun setelah mereka kembali ternyata kenyataannya justru sebaliknya.
5. Semakin bertambahnya kebencian orang-orang Yahudi terhadap umat Islam. Sebagian mereka mulai menunjukkan permusuhannya secara terang-terangan. Sementara yang lainnya menjadi agen yang membawa berita seputar perihal kaum muslimin kepada orang-orang Quraisy serta memprovokasi mereka untuk menyerang umat Islam.
6. Aktivitas perdagangan Quraisy menjadi semakin sempit. Akhirnya mereka terpaksa menapaki jalur Irak melalui Najd karena takut apabila dikuasai oleh orang-orang islam. Dan jalur ini merupakan jalur yang panjang.
7. Pada Perang Badar, 14 orang dari kalangan umat Islam gugur sebagai syuhada; 6 orang dari kalangan Muhajirin dan 8 orang dari kalangan Anshar. Sementara dari pihak orang musyrikin tewas sebanyak 70 orang dan 70 orang lagi berhasil ditawan. Kebanyakan dari mereka adalah pemuka dan pembesar Quraisy.
Muroji’
1. Tafsir Al Munir Fi al Aqiidati Wa syari’ati wa minhaji
2. Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam,
3. .Ar-Raudh al Anf ; 2/32-38
Perang Badar yang meletus antar kaum muslimin dan orang-orang musyrik dipicu oleh beberapa sebab, di antaranya:
1. Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Makkah
Genderang perang terhadap kaum muslimin, sebenarnya sudah ditabuh oleh orang-orang musyrikin sejak Rasulullah Saw. menyampaikan risalah dakwah. Mereka telah melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimian dan merampas harta benda para sahabat nabi di kota Makkah. Perlakukan mereka terhadap orang-orang Muhajirintidak lagi mengenal prikemanusiaan. Mereka rampas rumah dan kekayaan kaum Muhajirin. Orang Islam pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan Allah Swt. Kita dapat melihat sendiri bagaimana orang kafir Quraisy merampas dan menguasai harta benda Shuhaib sebagai imbalannya, Shuhaib diizinkan untuk berhijrah ke Madinah. Kita pun dapat menyaksikan bagaimana mereka menduduki rumah-rumah dan peninggalan kaum muslimin yang ditinggal oleh pemiliknya. Dan kejadian 15 abad yang lalu tak ubahnya seperti yang sedang mereka lakukan di Palestina, Afganistan, Irak dan negara-negara Islam lainnya.
2. Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah
Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam, ternyata tidak hanya ketika mereka berada di Kota Makkah. Di bahwa pimpinan Kurz bin Habbab Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin lainnya untuk menyerang, menteror, dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota Madinah (sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra). Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan dan penindasan mereka terhadap umat Islam selama ini. Mereka begitu sadar, bahwa banyak kepentingan dan hasil perdagangan mereka yang akan berpindah ke tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa kini Islam telah memiliki pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan, menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang berhati durjana tidak menyukainya.
3. Memberi Pelajaran Kepada Quraisy
Oleh karena itu, begitu Rasulullah saw. mendengar bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb dan ‘Amr bin Al-‘Ash bersama 40 orang bergerak dari Syam membawa harta orang-orang Quraisy yang keseluruhannya mencapai seribu ekor unta, maka beliau pun segera mengajak kaum muslimin untuk bergerak mendatanginya. Rasulullah saw. mengatakan, ”Ini adalah perdagangan Quraisy. Maka keluarlah kalian, semoga Allah swt. akan memberikannya kepada kalian.” Mendengar seruan ini, sebagian kaum muslimin menyambutnya sementara yang lainnya merasa sedikit berat dengannya. Mereka menggangap bahwa ketika itu Rasulullah saw. tidak bermaksud mengumandangkan sebuah peperangan. Karena beliau mengatakan, ”Barangsiapa yang saat ini memiliki tunggangan, maka hendaklah ia ikut bersama kami.” Beliau tidak menunggu sahabat yang tunggangannya tidak ada pada saat itu.
Hasil Perang Badar
Perang Badar (dengan seluruh hasil yang ia torehkan bagi sejarah harakah Islamiah maupun sejarah umat manusia seluruhnya) telah menjadi sebuah pelajaran yang sangat jelas sekali bagi harakah Islamiah maupun bagi perjalanan sejarah ke depan. Allah swt. menyebut hari itu dengan nama “yaumul furqan yaum iltaqa al-jam’an” atau hari pembeda, hari dimana dua kekuatan bertemu. Peperangan ini sendiri memberikan beberapa buah hasil penting antara lain:
1. Perang Badar merupakan pembatas di antara dua ikatan dan menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil. Kekuatan umat Islam semakin kuat sehingga dataran Arab pun turut memperhitungkannya. Kebenaran muncul di permukaan dengan rambu-rambu akidah dan prinsip-prinsip dasar yang dibawanya.
2. Tergoncangnya kedudukan Quraisy di mata orang Arab serta kegalauan penduduk Makkah di hadapan tamparan yang tak diduga tersebut.
3. Tampilnya umat Islam sebagai sebuah kekuatan yang memiliki arti dan pengaruh. Hal ini menyebabkan banyak kabilah yang tinggal di sepanjang jalur Makkah dan Syam membuat perjanjian kesepakatan dengan mereka. Dengan demikian kaum muslimin sudah berhasil menguasai jalur tersebut.
4. Sebelum Perang Badar meletus, kaum muslimin mengkhawatirkan keberadaan orang-orang non muslim yang tinggal di kota Madinah. Namun setelah mereka kembali ternyata kenyataannya justru sebaliknya.
5. Semakin bertambahnya kebencian orang-orang Yahudi terhadap umat Islam. Sebagian mereka mulai menunjukkan permusuhannya secara terang-terangan. Sementara yang lainnya menjadi agen yang membawa berita seputar perihal kaum muslimin kepada orang-orang Quraisy serta memprovokasi mereka untuk menyerang umat Islam.
6. Aktivitas perdagangan Quraisy menjadi semakin sempit. Akhirnya mereka terpaksa menapaki jalur Irak melalui Najd karena takut apabila dikuasai oleh orang-orang islam. Dan jalur ini merupakan jalur yang panjang.
7. Pada Perang Badar, 14 orang dari kalangan umat Islam gugur sebagai syuhada; 6 orang dari kalangan Muhajirin dan 8 orang dari kalangan Anshar. Sementara dari pihak orang musyrikin tewas sebanyak 70 orang dan 70 orang lagi berhasil ditawan. Kebanyakan dari mereka adalah pemuka dan pembesar Quraisy.
Muroji’
1. Tafsir Al Munir Fi al Aqiidati Wa syari’ati wa minhaji
2. Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam,
3. .Ar-Raudh al Anf ; 2/32-38
Sejarah telah mencatat rahmat Allah yang
menyertai orang-orang yang beriman. Kemenangan sejati selalu ada ketika ia
bersandingan dengan iman
1. Pasukan Malaikat
Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa ketika seorang sahabat mengejar dengan gigih seorang musyrik yang ada di depannya, tiba-tiba ia mendengar suara pukulan dan suara penunggang kuda yang menghentakkan kudanya. Lalu sahabta tersebut melihat orang musyrik itu jatuh tewas terkapar dengan keadaan hidung dan wajahnya terluka berat akibat pukulan keras. Hal tersebut ia ceritaka kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Kau benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga.” (H.R.Bukhari dan Muslim)
Kemenangan pada perang Badar menjadi pesta di kalangan para malaikat karena peristiwa ini adalah pertama kalinya mereka diizinkan terjun ke gelanggang perang di bawah komando Jibril dengan seribu pasukan malaikat pilihan.
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepadamu bala bantuan dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (Q.S.An Anfal:9)
Para Malaikat yang terlibat dalam Perang Badar memiliki kemuliaan di antara semua malaikat. Rafi’ah bin Rafi’ Az Zarqi mengatakan, “Jibril berkata kepada Nabi SAW dan berkata: Bagaimana kalian menganggap veteran Badar di antara kalian? Rasulullah manjawab: Termasuk muslimin yang paling mulia. Jibril berkata: demikian pula malaikat yang mengikuti perang Badar.”
2. Allah Meneguhkan Hati
“Dan Allah tidak menjadikan (bantuan bala tentara malaikat itu) melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanya dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa Maha Perkasa. (Q.S.Al Anfal:10)
3. Rasa Kantuk dan Turunnya Hujan
“Sesungguhnya Allah manjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman dariNya dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk membersihkanmu. Karena dengan air hujan itu, Allah Swt. menghilangkan gangguan syetan darimu dan menguatkan hatimu serta memperteguh kedudukanmu.” (Q.S.Al Anfal:11)
Rasa kantuk yang melanda para mujahid Badar merupakan salah satu nikmat. Mengapa demikian? Karena situasi perang tidak kondusif untuk tidur, guna mengembalikan energi, maka rasa kantuk menjadi suatu terapi dari suasana yang tegang dan mencekam. Karena malam hari bagi kaum musyrikin adalah untuk bersenang-senang, sementara kaum mslimin dikaruniakan rasa kantuk sebagai rangsangan tidur untuk memulihkan kembali tenaga.
Saat itu pun turun hujan baik di tempat kaum muslim maupun kafir. Hal ini berdampak nikmat bagi kaum muslim tetapi menjadi siksaan dan kendala bagi kaum kafir. Contohnya, tanah kaum muslim menjadi padat dan tidak berdebu sehingga menjadi kokoh diinjak dan tidak mengganggu pandangan. Hujan menjadi salah satu bantuan dalam bentuk rahmat yang Allah Swt. turunkan kepada kaum mu’minin dalam pertempuran Badar itu, selain jundun min jundillah atau tentara Allah, sepertia para malaikat yang Allah turunkan untuk mengacaukan pasukan kaum Musyrikin.
Rasulullah saw. dan generasi awal umat ini benar-benar menyadari, bahwa masyarakat paganis ekstrim dari keturunan Quraisy dan semua kelompok yang sejenis dengannya tidak akan pernah membiarkan umat Islam memiliki kebebasan menjalankan Syari’atnya di Kota Yatsrib, setelah sebelumnya mereka diusir beramai-ramai dari Kota Makkah. Dari itu, umat Islam pun mempersiapkan segalanya.
Di Kota Madinah kaum Muslimin mempersiapkan diri dengan membangun kekuatan dengan cara selalu berlatih berperang, agar mereka tidak lagi dilecehkan orang-orang musyrik dan juga kabilah-kabila Yahudi. Sadar akan kekuatan Islam yang selama ini tersebunyi. Hal ini menggetarkan musuh, sehingga musuh tidak menyerang umat Islam di Kota Madinah. Bahkan dengan kekuatan yang dimiliki kaum muslimin ini, masyarakat Quraisy paham bahwa orang-orang Muhajirin yang selama ini lari dari tekanan dan penindasannya, bukan lagi pada posisi yang lemah dan hina. Namun kini mereka telah berubah menjadi satu komunitas yang kuat, dan mampu menggetarkan mereka. Dari itu pasukun Rasululah patut diperhitungkan.
Latihan dan Persiapan Berkala
Rasulullah saw. segera melatih para sahabatnya dan mengutus mereka untuk melakukan pengintaian di sekitar Kota Madinah secara berkala. Tujuannya adalah sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan peperangan. Beberapa tugas yang pernah beliau delegasikan kepada para sahabat antara lain:
1. Pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin ‘Abdul Muththalib. Mereka sebanyak 30 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin. Pasukan ini ditugaskan berpatroli mengawasi wilayah dari penyelusupan kaum Musyrikin, hingga meliwati daerah Al-‘Iish di tepi laut.
2. Pasukan yang dipimpin oleh ‘Ubaidah bin Harits. Mereka sebanyak 60 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin sampai ke daerah Raabigh.
3. Pasukan yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash, dengan kekuatan pengintai berjumlah 80 orang Muhajirin dan bertugas sepanjang jalan yang menghubungkan Makkah dan Madinah.
4. Perang Wuddan. Pasukan yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah saw. berjumlah 200 orang penunggang kuda, onta dan pejalan kaki, berjalan memantau wilayah kekuasaan hingga daerah Wuddan. Dalam menjalankan tugas pengawasan wilayah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah terjadi Peperangan Wudan. Pada peperangan ini Rasulullah saw. mengadakan perjanjian dengan Bani Dhamrah. Salah satu tujuan peperangan ini adalah untuk membangun sebuah aliansi dengan kabilah-kabilah yang selama ini menguasai jalur yang menghubungkan antara Kota Makkah dan Madinah.
5. Perang ‘Usyairah. peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. Tujuan dari peperangan ini adalah untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin di hadapan orang-orang musyrikin serta membangun kesepahaman dengan kabilah-kabilah yang terdapat di daerah jalur perdagangan orang Quraisy di antara Kota Makkah dan Madinah.
6. Perang Buwaath. Peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kemimpinan Rasulullah saw. Tujuannya adalah untuk bisa sampai ke daerah Buwaath dari sisi gunung Radhwa ke jalur perdagangan Quraisy di antara kota Makkah dan Madinah, selain untuk menekan kegiatan perdagangan mereka.
7. Pasukan di bawah pimpinan ‘Abdullah bin Jahsy. Pengintaian berkekuatan delapan orang dari kalangan Muhajirin. Bersama itu, ‘Abdullah membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw. Beliau berpesan untuk tidak membuka surat tersebut kecuali dua hari setelah mereka melakukan perjalanan. Ketika surat itu dibuka, di dalamnya terdapat tulisan, ”Jika engkau telah membaca surat ini, maka teruslah berjalan hingga engkau sampai di sebuah pohon kurma yang terletak di antara Makkah dan Thaif. Lalu perhatikan gerak-gerik orang Quraisy dan berikan informasinya kepada kami.” Abdullah segera berangkat hingga akhirnya ia sampai di sebuah pohon kurma. Sebuah kafilah Quraisy lewat dan langsung di serang oleh kaum muslimin. Pada peperangan ini, orang-orang musyrikin yang tewas antara lain ‘Amr bin Hadhrami, sementara kaum muslimin berhasil menawan dua orang dari kalangan musyrikin, namun yang keempat berhasil melarikan diri.
8. Perang Badar Pertama. Prediksi Rasulullah saw. dan para sahabat tentang kaum musyrikin benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Tak lama setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang musyrikin di bawah pimpinan Karz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang pengembalaan hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan kambing milik kaum muslimin. Rasulullah Saw. pun segera bergerak untuk mengusir agresor tersebut dan merebut kembali unta maupun kambing milik kaum muslimin yang sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah Saw. ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat dengan Badar. Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga mereka pun harus kembali tanpa ada peperangan.
1. Pasukan Malaikat
Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa ketika seorang sahabat mengejar dengan gigih seorang musyrik yang ada di depannya, tiba-tiba ia mendengar suara pukulan dan suara penunggang kuda yang menghentakkan kudanya. Lalu sahabta tersebut melihat orang musyrik itu jatuh tewas terkapar dengan keadaan hidung dan wajahnya terluka berat akibat pukulan keras. Hal tersebut ia ceritaka kepada Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Kau benar, itu adalah pertolongan Allah dari langit ketiga.” (H.R.Bukhari dan Muslim)
Kemenangan pada perang Badar menjadi pesta di kalangan para malaikat karena peristiwa ini adalah pertama kalinya mereka diizinkan terjun ke gelanggang perang di bawah komando Jibril dengan seribu pasukan malaikat pilihan.
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepadamu bala bantuan dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” (Q.S.An Anfal:9)
Para Malaikat yang terlibat dalam Perang Badar memiliki kemuliaan di antara semua malaikat. Rafi’ah bin Rafi’ Az Zarqi mengatakan, “Jibril berkata kepada Nabi SAW dan berkata: Bagaimana kalian menganggap veteran Badar di antara kalian? Rasulullah manjawab: Termasuk muslimin yang paling mulia. Jibril berkata: demikian pula malaikat yang mengikuti perang Badar.”
2. Allah Meneguhkan Hati
“Dan Allah tidak menjadikan (bantuan bala tentara malaikat itu) melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tentram karenanya. Dan kemenangan itu hanya dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa Maha Perkasa. (Q.S.Al Anfal:10)
3. Rasa Kantuk dan Turunnya Hujan
“Sesungguhnya Allah manjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman dariNya dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk membersihkanmu. Karena dengan air hujan itu, Allah Swt. menghilangkan gangguan syetan darimu dan menguatkan hatimu serta memperteguh kedudukanmu.” (Q.S.Al Anfal:11)
Rasa kantuk yang melanda para mujahid Badar merupakan salah satu nikmat. Mengapa demikian? Karena situasi perang tidak kondusif untuk tidur, guna mengembalikan energi, maka rasa kantuk menjadi suatu terapi dari suasana yang tegang dan mencekam. Karena malam hari bagi kaum musyrikin adalah untuk bersenang-senang, sementara kaum mslimin dikaruniakan rasa kantuk sebagai rangsangan tidur untuk memulihkan kembali tenaga.
Saat itu pun turun hujan baik di tempat kaum muslim maupun kafir. Hal ini berdampak nikmat bagi kaum muslim tetapi menjadi siksaan dan kendala bagi kaum kafir. Contohnya, tanah kaum muslim menjadi padat dan tidak berdebu sehingga menjadi kokoh diinjak dan tidak mengganggu pandangan. Hujan menjadi salah satu bantuan dalam bentuk rahmat yang Allah Swt. turunkan kepada kaum mu’minin dalam pertempuran Badar itu, selain jundun min jundillah atau tentara Allah, sepertia para malaikat yang Allah turunkan untuk mengacaukan pasukan kaum Musyrikin.
Rasulullah saw. dan generasi awal umat ini benar-benar menyadari, bahwa masyarakat paganis ekstrim dari keturunan Quraisy dan semua kelompok yang sejenis dengannya tidak akan pernah membiarkan umat Islam memiliki kebebasan menjalankan Syari’atnya di Kota Yatsrib, setelah sebelumnya mereka diusir beramai-ramai dari Kota Makkah. Dari itu, umat Islam pun mempersiapkan segalanya.
Di Kota Madinah kaum Muslimin mempersiapkan diri dengan membangun kekuatan dengan cara selalu berlatih berperang, agar mereka tidak lagi dilecehkan orang-orang musyrik dan juga kabilah-kabila Yahudi. Sadar akan kekuatan Islam yang selama ini tersebunyi. Hal ini menggetarkan musuh, sehingga musuh tidak menyerang umat Islam di Kota Madinah. Bahkan dengan kekuatan yang dimiliki kaum muslimin ini, masyarakat Quraisy paham bahwa orang-orang Muhajirin yang selama ini lari dari tekanan dan penindasannya, bukan lagi pada posisi yang lemah dan hina. Namun kini mereka telah berubah menjadi satu komunitas yang kuat, dan mampu menggetarkan mereka. Dari itu pasukun Rasululah patut diperhitungkan.
Latihan dan Persiapan Berkala
Rasulullah saw. segera melatih para sahabatnya dan mengutus mereka untuk melakukan pengintaian di sekitar Kota Madinah secara berkala. Tujuannya adalah sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan peperangan. Beberapa tugas yang pernah beliau delegasikan kepada para sahabat antara lain:
1. Pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin ‘Abdul Muththalib. Mereka sebanyak 30 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin. Pasukan ini ditugaskan berpatroli mengawasi wilayah dari penyelusupan kaum Musyrikin, hingga meliwati daerah Al-‘Iish di tepi laut.
2. Pasukan yang dipimpin oleh ‘Ubaidah bin Harits. Mereka sebanyak 60 orang penunggang kuda dari kalangan Muhajirin sampai ke daerah Raabigh.
3. Pasukan yang dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash, dengan kekuatan pengintai berjumlah 80 orang Muhajirin dan bertugas sepanjang jalan yang menghubungkan Makkah dan Madinah.
4. Perang Wuddan. Pasukan yang langsung di bawah pimpinan Rasulullah saw. berjumlah 200 orang penunggang kuda, onta dan pejalan kaki, berjalan memantau wilayah kekuasaan hingga daerah Wuddan. Dalam menjalankan tugas pengawasan wilayah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah terjadi Peperangan Wudan. Pada peperangan ini Rasulullah saw. mengadakan perjanjian dengan Bani Dhamrah. Salah satu tujuan peperangan ini adalah untuk membangun sebuah aliansi dengan kabilah-kabilah yang selama ini menguasai jalur yang menghubungkan antara Kota Makkah dan Madinah.
5. Perang ‘Usyairah. peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. Tujuan dari peperangan ini adalah untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin di hadapan orang-orang musyrikin serta membangun kesepahaman dengan kabilah-kabilah yang terdapat di daerah jalur perdagangan orang Quraisy di antara Kota Makkah dan Madinah.
6. Perang Buwaath. Peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kemimpinan Rasulullah saw. Tujuannya adalah untuk bisa sampai ke daerah Buwaath dari sisi gunung Radhwa ke jalur perdagangan Quraisy di antara kota Makkah dan Madinah, selain untuk menekan kegiatan perdagangan mereka.
7. Pasukan di bawah pimpinan ‘Abdullah bin Jahsy. Pengintaian berkekuatan delapan orang dari kalangan Muhajirin. Bersama itu, ‘Abdullah membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw. Beliau berpesan untuk tidak membuka surat tersebut kecuali dua hari setelah mereka melakukan perjalanan. Ketika surat itu dibuka, di dalamnya terdapat tulisan, ”Jika engkau telah membaca surat ini, maka teruslah berjalan hingga engkau sampai di sebuah pohon kurma yang terletak di antara Makkah dan Thaif. Lalu perhatikan gerak-gerik orang Quraisy dan berikan informasinya kepada kami.” Abdullah segera berangkat hingga akhirnya ia sampai di sebuah pohon kurma. Sebuah kafilah Quraisy lewat dan langsung di serang oleh kaum muslimin. Pada peperangan ini, orang-orang musyrikin yang tewas antara lain ‘Amr bin Hadhrami, sementara kaum muslimin berhasil menawan dua orang dari kalangan musyrikin, namun yang keempat berhasil melarikan diri.
8. Perang Badar Pertama. Prediksi Rasulullah saw. dan para sahabat tentang kaum musyrikin benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Tak lama setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang musyrikin di bawah pimpinan Karz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang pengembalaan hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan kambing milik kaum muslimin. Rasulullah Saw. pun segera bergerak untuk mengusir agresor tersebut dan merebut kembali unta maupun kambing milik kaum muslimin yang sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah Saw. ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat dengan Badar. Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga mereka pun harus kembali tanpa ada peperangan.
PERANG UHUD
Bismillah…
Segala puji bagi Alloh, sholawat dan salam semoga tercurahkan atas Rasululloh,
beserta keluarga, para sahabat dan para pembelanya, amma ba’du:
(Langsung
saja), kami akan menghadirkan kemenangan-kemenangan tersebut dalam poin-poin
berikut ini:
Sebab
peperangan:
Alloh
mengutus Nabi kita Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- pada
masa-masa tidak adanya kenabian, masa-masa kehidupan dipenuhi oleh gelapnya
kebodohan dan kelamnya kesesatan, maka mulailah Nabi -shollallohu alaihi
wasallam- bersama para sahabatnya -yang mulia- menyebarkan agama ini
keseluruh penjuru dunia, mulai mendakwahi kaum kafir dan penentang kebenaran,
serta mengangkat senjata untuk membela agama ini.
Kemudian
bertemulah mereka di perang badar, dan (atas izin Alloh) terwujudlah
kemenangan untuk kaum muslimin, sehingga berkibarlah bendera Islam. Sedang kaum
musyrikin makkah, mereka pulang dengan kekalahan, sebagian menangisi korban
yang tewas, sebagian lagi meratapi nasibnya, sungguh musibah besar telah
melanda mereka.
Oleh karena
itu, Kabilah Quraisy mempersiapkan kekuatan lagi untuk menghadapi kaum muslimin,
waktu setahun habis untuk persiapan tersebut. Dan tibalah saatnya mereka
mengumpulkan pasukan dan berangkat menuju madinah, yaitu pada bulan syawal,
tahun ke-3 H, dengan agenda mengambil ganti rugi dari Perang Badar.
Mereka
mengambil posisi di daerah Gunung Uhud, yaitu di pinggir lembahnya, sehingga
banyak kaum muslimin yang menyayangkan hilangnya kesempatan untuk menempati
posisi tersebut, dan mengusulkan kepada Nabi -shollallohu alaihi
wasallam- untuk menyerang mereka.
Persiapan
untuk perang:
Kaum muslimin
telah bersiap-siap untuk keluar menyerang mereka. Usai sholat jum’at bersama
para sahabatnya, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- masuk rumahnya,
kemudian keluar dalam keadaan telah siap tempur dengan baju perangnya,
beliau bersabda: “tidak pantas bagi seorang Nabi, ketika telah mengangkat
senjatanya, untuk menanggalkannya kembali, sehingga Alloh menghakimi antara dia
dan musuhnya”.
Kemudian
Nabi -shollallohu alaihi wasallam- berangkat bersama seribu
pasukannya. Ketika mereka sampai di tengah perjalanan antara Madinah dan lokasi
gunung uhud, berpalinglah Abdulloh bin Ubay (dedengkotnya orang munafiq)
bersama sepertiga pasukan muslimin. Mengetahui hal itu Rosululloh -shollallohu
alaihi wasallam- membiarkannya dan tetap meneruskan perjalanannya bersama
sisa pasukan sampai di daerah gunung uhud, tepatnya di depan lembah gunung
uhud. Menjadikan gunung uhud di belakang mereka, sehingga posisi pasukan
musyrikin berada di antara pasukan muslimin dan kota madinah.
Rosululloh
-shollallohu alaihi wasallam- memerintahkan 50 pasukan pemanah yang dipimpin
oleh Abdulloh bin Jubair untuk mengambil posisi di “bukit rummah”, dan
memberikan komando agar mereka tetap menetap di sana, jangan sampai
meninggalkan tempat tersebut, walaupun burung menyambar mereka. Rosul -shollallohu
alaihi wasallam- bersabda: “bila kalian menyaksikan kami bertempur, maka
jangan turun untuk ikut membantu kami! Sebaliknya bila kalian melihat kami
mengambil ghonimah, maka jangan pula kalian turun untuk ikut mengambilnya!”
Pada sabtu
pagi Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersiap untuk perang, beliau
mengenakan baju perangnya dan memberikan aba-aba kepada para pemuda. Nabi
-shollallohu alaihi wasallam- melarang mereka yang masih belum cukup umur
untuk mengikuti perang, kecuali beberapa orang saja, diantaranya Samuroh bin
Jundub dan Rofi’ bin Khudaij ra. Keduanya waktu itu masih berumur 15
tahun.
Pasukan
musyrikin juga mempersiapkan diri untuk perang, jumlah mereka 3000 personil,
termasuk 200 pasukan berkuda yang dipimpin oleh Abu Sofyan. Yang mereka
inginkan adalah padamnya cahaya ilahi dan menyesatkan umat manusia.
Sedangkan
jumlah pasukan muslimin hanya 700 orang, target mereka adalah kemenangan atau
mati syahid. Nabi -shollallohu alaihi wasallam- memberikan suntikan
semangat tempur kepada para sahabatnya, dan menasehati mereka agar tetap sabar
dan teguh.
Mulai
perang:
Bertemulah
dua pasukan tempur itu dan mereka saling mendekat, pedang-pedang dihunuskan,
tombak-tombak diacungkan dan anak-anak panah siap diterbangkan. Dua kubu itu
adalah kubu Alloh dan kubu setan.
Akhirnya
Nabi -shollallohu alaihi wasallam- mengijinkan untuk perang, dan
mulailah dua kubu saling merapat, kedua pasukan mulai bertempur, dan perang pun
mulai berkecamuk. Pada saat itu pasukan muslimin mampu menguasai keadaan,
dan Alloh menurunkan kemenangan kepada mereka, sehingga kaum musyrikin kalah,
bendera-bendera mereka berjatuhan, dan akhirnya mereka terpukul mundur.
Ketika
pasukan pemanah menyaksikan kekalahan pasukan musyrikin, mereka mengira pasukan
musyrikin tidak akan kembali menyerang, sehingga sebagian besar dari mereka
turun untuk mengambil ghonimah, meninggalkan posisi yang mereka diperintah oleh
Rosul -shollallohu alaihi wasallam- untuk tetap mempertahankannya.
Abdulloh bin Jubair sebagai pemimpin pasukan pemanah, berusaha memperingatkan
mereka agar tetap berada pada posisi mereka, tetapi mereka tetap turun dan
meninggalkan posisi tersebut.
Dari balik
Bukit Rummah, Kholid bin Walid (yang pada saat itu masih musyrik) tak
menyia-nyiakan kesempatan, Ia membunuh sisa-sisa pasukan pemanah yang masih
tetap berada pada posisi mereka di atas bukit Rummah, sehingga posisi pasukan
muslimin berada diantara pasukan musyrikin yang ada di belakang mereka, dan
pasukan pejalan kaki -dari kaum muslimin sendiri- yang ada di depan mereka. Pasukan
musyrikin mengepung pasukan muslimin. Akhirnya sebagian pasukan muslimin kalah,
barisan mereka terpecah-pecah, bahkan terjadi saling membunuh diantara mereka
sendiri –semoga Alloh meridhoi mereka-.
Pasukan
musyrikin kembali mengibarkan bendera, sebaliknya barisan pasukan muslimin
menjadi kacau-balau. Itulah takdir yang sudah menjadi kehendak Alloh swt, Ia
memuliakan mereka dengan mati syahid.
Meskipun
keadaan telah gawat, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- tetap berada di
posisinya, beliau memanggil sisa-sisa pasukannya sehingga sebagian mereka
kembali bersama Nabi -shollallohu alaihi wasallam-.
Akhirnya
pasukan musyrikin sampai kepada Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, mereka
ingin membunuhnya. Mereka telah melukai wajahnya, menjatuhkan gigi taringnya
dengan batu, wajah beliau terkena pukulan dua perisai dan mereka berhasil
meremukkan topi baja yang beliau kenakan.
Mereka
melemparnya dengan batu dan mengenai pinggang beliau, akhirnya beliau pun jatuh
di salah satu parit (yang digali oleh Abu Amir al-fasiq untuk menjebak kaum
muslimin). Datanglah sahabat Ali ra. untuk menolong Nabi -shollallohu alaihi
wasallam-, kemudian sahabat tholhah bin ubaidillah mendekap beliau, pada saat
itulah mush’ab bin Umair gugur di hadapan Rosul -shollallohu alaihi wasallam-.
Kaum
musyrikin akhirnya menemukan Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, dan sekitar
sepuluh sahabat langsung menghalau sampai mereka semua syahid. Kemudian Tholhah
bin Ubaidillah maju melawan mereka, hingga berhasil menjauhkan mereka dari
Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, meskipun akhirnya tangannya cacat.
Selanjutnya
Abu Dujanah melingkupkan badannya guna melindungi Rosululloh -shollallohu
alaihi wasallam- dengan punggungnya, serbuan panah yang banyak bersarang
di punggungnya tak membuatnya bergeming demi melindungi Rosululloh -shollallohu
alaihi wasallam-. Pada saat itulah setan mengumumkan dengan suara sangat
lantang bahwa Muhammad telah terbunuh, tentu saja berita tersebut dianggap
benar oleh banyak pasukan muslimin, sehingga kebanyakan mereka lari meninggalkan
peperangan, dan terjadilah apa yang telah ditakdirkan oleh Alloh swt.
Selanjutnya
Rosul -shollallohu alaihi wasallam- menghampiri pasukan muslimin. Melihat
beliau datang mereka langsung berkumpul menyambutnya, dan bergerak menapaki
jalan diantara gunung yang mereka turuni, kemudian menyandarkan diri ke gunung.
Sahabat Ali
bin Abi Tholib berusaha membersihkan darah dari wajah Nabi -shollallohu alaihi
wasallam- dengan menyiramkan air ke kepala beliau. Karena putri
beliau Fatimah melihat air tersebut malah menyebabkan darah beliau semakin
deras mengalir, maka ia mengambil sepotong kain yang sudah dibakar dan
menempelkannya di tempat keluarnya darah, akhirnya darah berhenti mengalir.
Nabi
-shollallohu alaihi wasallam- berusaha memaksakan diri dengan sekuat
tenaga untuk berjalan, dan pada saat hendak menaiki batu besar yang ada di sana
beliau tidak kuat, maka duduklah tholhah dan mempersilahkan Rosululloh
-shollallohu alaihi wasallam- untuk naik di atasnya, dan mereka dikejutkan
oleh banyaknya korban yang terlihat.
Akhir
peperangan:
Kemudian
Rosul -shollallohu alaihi wasallam- turun melihat para syuhada,
mereka telah dimutilasi dengan sangat kejam, beliau juga menghampiri pamannya
Hamzah, beliau mendapatinya di lembah, perutnya terbelah, sedang hidung dan
telinganya hilang.
Pasukan
musyrikin akhirnya pulang menuju tempat peristirahatanya, dengan beberapa
bagian tubuh yang sudah cacat dan nyawa-nyawa yang sudah di pucuk ubun-ubun.
Semua peristiwa ini terjadi pada hari sabtu.
Dan
berakhirlah peperangan itu dengan hasil akhir: 70 pahlawan syahid dari pasukan
muslimin dan 22 korban binasa dari pasukan kafir, mayat-mayat kita di surga,
sedang mayat-mayat mereka di neraka.
Pelajaran
berharga dari peperangan ini:
Perang uhud
adalah sebuah kemenangan bukan kekalahan, perang yang sarat dengan pelajaran
dan nasehat. Peristiwa tersebut merupakan lembaran istimewa yang diwarisi oleh
generasi-generasi setelahnya. Alloh menurunkan padanya 60 ayat di dalam
kitab-Nya, yang mempunyai pengaruh yang sangat dalam di sanubari Nabi
-shollallohu alaihi wasallam-, sehingga beliau terus mengenangnya hingga beliau
mendekati ajalnya.
Keutamaan
para sahabat:
Sesungguhnya
agama ini sampai kepada kita dengan jerih payah para sahabat, dan para salaf
kita telah banyak mengenyam pahitnya musibah dan cobaan demi kejayaan agama
ini.
Sahabat Anas
bin Nadhr, di dalam
perang ini ia terkena lebih dari 80 tusukan, kemudian dimutilasi oleh musuh,
sehingga tidak ada yang bisa mengenalinya kecuali saudara perempuannya, ia tahu
saudaranya tersebut dari bentuk jari-jemarinya. Ditemukan pula pada jasad Sa’d
bin Robi’ 70 tusukan. Maka (lihatlah diri kita)! apa yang telah kita
sumbangkan untuk agama ini?.
Para sahabat
yang mulia telah meraih keutamaan mendampingi Rosul -shollallohu alaihi
wasallam-, keutamaan sebagai pendahulu pelaku kebaikan, dan keutamaan telah
berpartisipasi untuk memperjuangkan agama ini. Diantara mereka ada yang
menderita cacat tubuh, ada yang terkoyak jasadnya, dan ada pula yang menjadi
janda karenanya. Mereka mengorbankan jiwa mereka untuk agama ini, sehingga
sampai kepada kita dengan lengkap dan sempurna. Maka hargailah mereka dengan
sepantasnya, syukurilah langkah mereka dan berdoalah untuk keridhoan mereka,
karena tuhan telah mencintai mereka. (Semoga Alloh meridhoi mereka dan menjadikan
mereka ridho kepada-Nya).
Bahaya
kemaksiatan:
Dengan
kemaksiatan akan berbalik roda kehidupan, dalam peperangan tersebut banyak jiwa
yang melayang karena satu kesalahan, Nabi Adam keluar dari surga karena satu
kemaksiatan, dan ada pula perempuan masuk neraka disebabkan karena perbuatannya
kepada seekor kucing. Oleh sebab itu, teguhlah dalam ibadah dan ketaatan,
karena itu akan menjadi penyelamat anda dari himpitan dan akan menjadi penolong
anda dalam kesusahan. Janganlah jadikan amalan anda bumerang yang menjadikan
musuh semakin mudah mengalahkan anda.
Pemuda dari
generasi Sahabat:
Ikut dalam
peperangan ini sahabat Samuroh dan Rofi’, waktu itu mereka berdua baru berumur
15 tahun. Dengan darah para pemuda sahabatlah agama ini bisa tegak, bukan dengan
senda gurau, bukan pula dengan mengumbar syahwat. Para orang tua yang berusaha
mendidik mereka, sehingga mereka memetik buah kebaikannya. Maka apa yang telah
disumbangkan pemuda kita kepada agamanya? Apa tujuan mereka? Apa yang mereka
cita-citakan? Apa yang mereka cari? Dan dengan apa mereka bergantung?
Jauhilah
teman yang tidak baik, karena mereka akan menghinakan anda dalam segala
keadaan, mereka akan menjadi teman ketika anda dalam kemudahan, dan akan
menjadi musuh ketika anda dalam kesusahan. Lihatlah kaum munafiq yang telah
menghianati para sahabat di saat-saat keadaan sangat genting.
Pilihlah
teman hidup yang baik, karena mereka akan selalu menjaga anda, baik ketika anda
ada dihadapannya maupun tidak. Untuk kebaikan anda, mereka berbuat, dan dari kejelekan,
mereka berusaha agar anda selamat.
Masyarakat
yang baik:
Al-haq telah
banyak mengukir sejarah, sedang kebatilan telah banyak menorehkan noda, dan
akhir yang baik hanyalah bagi mereka yang bertakwa. Maka dari itu, janganlah
anda putus asa untuk memperbaiki masyarakat dan jangan pula anda pesimis dengan
hidayahN-ya, karena Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabar
dengan gangguan dan siksaan sampai akhirnya manusia berbondong-bondong memasuki
agama Alloh ini.
Sesungguhnya
akhir dari segala sesuatu di tangan Alloh, maka titilah jalan dakwah, dan
jangan lupa untuk terus berdoa, karena hidayah manusia adalah di tangan yang
sang pencipta.
Abu sofyan, di perang
uhud adalah pemimpin pasukan musyrikin, dan slogannya ketika itu “hidup berhala
Hubal”, tetapi di peristiwa penaklukan kota makkah ia bersaksi: “laa ilaaha
illallooh”. Wahsyiy, adalah pembunuh paman rosulululloh -shollallohu
alaihi wasallam- Hamzah, tetapi kemudian masuk Islam, dan dialah yang
menghabisi nyawa nabi palsu Musailimah al-Kadzdzab.
Oleh
karenanya waspadalah dengan perubahan hati, karena hati seorang hamba itu
berada di antara jari-jemari Ar-Rohman, Ia membolak-balikkannya kapan saja Ia
kehendaki, maka mintalah selalu keteguhan hati.
Kewajiban
bertaubat:
Meskipun
seorang hamba berlumuran dosa, tetap saja taubat akan membersihkan noda,
meskipun tumpukan dosa tersebut setinggi langit. “Kholid bin Walid”, seorang
pahlawan kekufuran, telah gugur di tangannya banyak sahabat yang mulia, tetapi
ketika Allah membukakan pintu hatinya, ia datang membaiat Nabi -shollallohu
alaihi wasallam- dan mengatakan: wahai Rosululloh! aku (bersedia
masuk Islam) tapi dengan syarat, yaitu agar diampuni dosa-dosaku. Rosul
-shollallohu alaihi wasallam- menjawab: “ya Kholid! belum tahukan kamu,
bahwa islam menghapus semua kesalahan yang telah lalu, begitu pula taubat
melebur segala dosa yang telah lampau?!”
Maka
selamatkan diri anda dari jeratan dosa, dan menghadaplah kepada Tuhanmu dengan
taubat nasuha, karena kebaikan akan menghapus kesalahan. Janganlah anda enggan
untuk berpegang teguh dengan agama ini, karena telah banyak darah yang mengalir
untuk memperjuangkannya.
Bersikap
sabar dengan kerabat:
Kadang
seseorang mendapatkan cobaan lewat kerabat dan sanak familinya, maka
bersabarlah dengan sikap mereka yang tidak baik, lihatlah apa yang dilakukan
kerabat Nabi -shollallohu alaihi wasallam-, mereka meninggalkan negara dan
hartanya, datang ke madinah untuk membunuh Nabi -shollallohu alaihi
wasallam- dan memutilasi para sahabatnya, perbuatan yang tidak dilakukan oleh
kebanyakan kaum kafir yang lain, padahal mereka adalah darah dagingnya
sendiri.
Meskipun
demikian, pada saat penaklukan kota makkah beliau memaafkan dan menghalalkan
mereka, beliau bersabda: “pergilah, karena kalian telah aku bebaskan”, maka
ambillah teladan dari Nabi -shollallohu alaihi wasallam- dalam kearifan
dan sifatnya yang pemaaf. Sambunglah tali silaturrahmi dan abaikan sikap buruk
mereka terhadap anda, karena jerih payah kita akan sia-sia dengan adanya
perselisihan dan pertengakaran, sebaliknya di dalam kerukunan dan kesepakatan
terdapat jiwa yang jernih (mau menerima ajakan kebaikan).
Jauhilah
perpecahan dan perbedaan pendapat, karena keduanya adalah kekalahan, Alloh
berfirman (yang artinya): “janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu” (al-anfal: 46).
Janganlah
menyepelekan maksiat ketika anda sedang dalam kesenangan, karena bisa jadi
manisnya kesenangan tersebut berganti dengan pahitnya kesedihan. Ambillah
pelajaran dari para sahabat, ketika pasukan pemanah senang dengan ghonimah,
sehingga mereka turun dari bukit rummah untuk mengumpulkan harta rampasan.
Karena tindakan itulah mereka mengalami kekalahan. Dunia ini tidak akan tetap
pada satu keadaan, maka jadilah anda orang yang penyabar dalam kesusahan, dan
yang bersyukur ketika dalam kemudahan.
Kedudukan
para Nabi:
Para nabi
–alaihimus salam- adalah hamba dan makhluk Alloh, telah menimpa mereka apa yang
juga menimpa manusia biasa. Oleh karena itu, janganlah mengangkat mereka
melebihi kedudukannya, dan jangan pula memposisikan mereka lebih rendah dari
derajatnya. Lihatlah Nabi -shollallohu alaihi wasallam- ketika perang,
beliau mengenakan baju perangnya, menggunakan senjatanya, para sahabat juga
membantunya, bahkan Jibril dan Mikail pun ikut perang bersamanya. Meskipun
begitu, beliau tetap terkena goresan di wajahnya dan tanggal pula gigi
taringnya.
Selamanya
segala urusan itu di tangan Allah, hanya Dialah yang bisa mendatangkan manfaat
dan bahaya. Seandainya Nabi -shollallohu alaihi wasallam- berkuasa atas
dirinya sendiri, tentulah tidak akan mengalir darah dari tubuhnya. Maka
tujukanlah ibadah anda hanya kepada Al-jabbar, dan bersimpuhlah di hadapan
Al-qohhar, niscaya –dengan izinnya- jalan yang luas akan terhampar.
Gunung Uhud:
Gunung Uhud
bukanlah tempat untuk bertabarruk, tidak pula untuk diambil kerikilnya. Di
tempat itu telah gugur 70 pasukan muslim, di sana pula Rosul -shollallohu
alaihi wasallam- terluka. Seandainya tempat tersebut bisa memberikan
manfaat, tentulah tidak akan terjadi musibah-musibah itu. Oleh karena itu
serahkanlah semua urusanmu hanya kepada Alloh, dan kembalilah padanya ketika
sedang dalam bencana.
Menghargai
mereka yang memperjuangkan agama ini, adalah merupakan budi pekerti yang luhur,
dan termasuk etika yang mulia adalah balas budi kepada mereka yang membantu
kita, oleh karenanya darah para syuhada uhud tetap terkenang di sanubari Rosul
-shollallohu alaihi wasallam- sampai pada tahun wafatnya beliau, dan
beliau sholat untuk korban perang uhud, setelah 8 tahun dari kejadian tersebut
sebagai tanda perpisahan, Alloh berfirman (yang artinya): (*) Demikianlah,
apabila Allah menghendaki, niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah
hendak menguji sebahagian kamu dengan sebahagian yang lain. Orang-orang yang
syahid di jalan Allah, Ia tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. (*) Ia
akan memberi petunjuk kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka (*) dan
memasukkan mereka ke dalam jannah yang Telah diperkenalkan-Nya kepada mereka.
(Surat Muhammad: 4-6)
Maka
muliakan pahlawan-pahlawan agama ini, jagalah peninggalan mereka,
hormatilah mereka sebagai seorang sahabat, serta jagalah rahasia-rahasia
mereka.
Abu sofyan
berkata: “aku tidak pernah melihat, kecintaan seseorang kepada orang lain,
seperti kecintaan para sahabat kepada Muhammad”.
Malapetaka:
Surga tidak
akan diraih kecuali setelah melewati jembatan cobaan, melewati jalan yang
panjang, jalan yang penuh dengan kesusahan dan malapetaka. Dalam cobaan (baik
yang berupa kemenangan maupun kekalahan) terdapat perasaan rendah diri dan
tunduk, yang merupakan sebab dari kemuliaan dan kemenangan. Dan apabila Alloh
swt ingin memuliakan hambanya, Ia berikan cobaan kepada hambanya dahulu,
kemudian dari situlah kemuliaan itu muncul sesuai dengan kadar sifat tunduknya
dan banyaknya ia bersimpuh di hadapan Alloh swt.
Alloh -azza
wajalla- telah menyiapkan untuk hamba yang beriman kedudukan yang mulia di
surga-Nya, yang tidak bisa dicapai dengan amalan mereka, kedudukan tersebut
tidak akan mereka raih kecuali dengan musibah dan cobaan. Oleh karena itulah
Alloh jadikan banyak sebab yang dapat mengantarkan mereka kepada derajat
tersebut, yaitu dengan menimpakan kepadanya musibah dan cobaan, untuk menguji
batin dan membuka apa yang ada di balik tabir. Oleh karena itu, relakanlah apa
yang sudah menjadi kepastian bagimu, dan serahkanlah kepada Alloh apa yang
sudah menjadi takdirmu.
Sebagian
salaf mengatakan: “Seandainya tidak ada musibah, maka tentulah kita akan datang
di akhirat dalam keadaan merugi”. Hari-hari di dunia ini akan terus berubah, ia
tidak akan tetap pada satu keadaan. Adakalanya menang, kalah, mulia, hina,
sakit, sehat, miskin dan kaya. Oleh karena itu manfaatkanlah kesempatan itu
untuk simpanan akhiratmu, dan barangsiapa memilih dunianya, niscaya ia akan
merugi di akhirat dan agamanya.
Ziarah ke
makam syuhada uhud:
Disyariatkan
untuk ziarah ke syuhada uhud, karena Nabi -shollallohu alaihi
wasallam- dahulu berziarah dan mendoakan mereka. Beliau juga mengajari
para sahabatnya ketika berziarah untuk mengucapkan:
السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين, وإنا إن
شاء الله بكم لاحقون, أسأل الله لنا ولكم العافية (مسلم)ـ
Semoga
keselamatan atas kalian, ahli kubur yang mukmin dan muslim, insyaAlloh kami
(juga) akan menyusul kalian, aku memohon kepada Alloh untuk keselamatan diriku
dan kalian.
Tidak ada
doa khusus untuk panglima syuhada uhud (Sahabat Hamzah) maupun
syuhada-syuhada yang lainnya.
Kesalahan
dan Koreksinya:
1.
Disyariatkannya ziarah Syuhada Uhud adalah untuk mendoakan mereka. Adapun
beristighosah dan meminta kepada mereka, itu merupakan perbuatan syirik akbar,
Alloh berfirman (yang artinya): “Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang
tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah;
sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, Maka sungguh kamu termasuk
orang-orang yang zalim”. (Yunus: 106)
2.
Berdoa disamping mayat dengan mengangkat kedua tangan dan menghadap kubur
adalah termasuk perbuatan bid’ah (yang tidak dituntunkan oleh Rosululloh
-shollallohu alaihi wasallam-).
3.
Membaca Fatihah atau sebagian surat dari Alqur’an untuk arwah para syuhada
uhud adalah termasuk bid’ah (yang tidak dituntunkan oleh Rosululloh
-shollallohu alaihi wasallam-).
4.
Masjid-masjid dan tempat-tempat yang disyariatkan untuk diziarahi di kota
madinah adalah: Masjid Nabawi, Masjid Quba, Makam Baqi’ Dan Makam Syuhada
Uhud saja. Adapun masjid-masjid dan tempat-tempat yang lain, itu tidak
memiliki keutamaan (khusus), sehingga tidak disyariatkan untuk mengunjungi
tempat-tempat tersebut (dengan tujuan ibadah).
0 comments:
Post a Comment